Sabtu, 03 Mei 2014

ungkapan peribahasa Latine

Ab initio yang merupakan istilah latin berarti sejak semula atau dari permulaan, yang digunakan dalam beberapa konteks yang berbeda-beda.

Saat menjelaskan literatur: diceritakan sejak permulaan sebagao lawan dari in medias res (yang berarti mulai dari tengah cerita).Digunakan pula sebagai istilah dalam hukum dan peraturan.

Dalam sains (khususnya kimia dan fisika): berasal dari prinsip-prinsip pertama. Suatu perhitungan dikatakan sebagai “ab initio” (atau “berasal dari pirinsip-prinsip pertama”) jika perhitungan tersebut bergantung pada hukum-hukum alam dasar dan juga yang telah mapan (established) tanpa tambahan asumsi-asumsi atau model abstrak khusus sebagai pendekatan. Masukan yang berasal dari eksperimen bagi perhitungan ab initio dibatasi hanya dalam menentukan nilai-nilai konstanta fisis mendasar.

Dalam penerbangan (aviasi): tingkatan paling dasar dari pelatihan terbang.

Sebagai bagian dari kualifikasi berkaitan dengan pendidikan (edukasi), sebagai contoh International Baccalaureate, bahasa asing dapat diambil sebagai ab initio – bagi para pemula.

Dalam ETL (Extract, Transform, Load): Ab Initio adalah sebuah alat untuk memanipulasi data.

Ad hoc adalah sebuah istilah dari bahasa Latin yang populer dipakai dalam bidang keorganisasian atau penelitian. Istilah ini memiliki arti “dibentuk atau dimaksudkan untuk salah satu tujuan saja” atau sesuatu yang “diimprovisasi”. Contoh: “Komisi ad hoc DPR”.

Ad interim adalah ungkapan Latin yang artinya adalah “sementara”. Ungkapan ini sering digunakan untuk merujuk kepada pejabat sementara dalam bidang pemerintahan, misalkan “Hari Sabarno adalah Menko Polkam ad interim”.

Ad nauseam adalah kalimat Latin yang berarti “sampai memuakkan”. Maksud dari kalimat ini adalah mengulang-ulang suatu hal berkali-kali sampai memuakkan.

Alma mater (KBBI: almamater) adalah istilah dalam bahasa Latin yang secara arti harfiah bermakna “ibu susuan”. Penggunaan istilah ini populer di kalangan akademik/pendidikan untuk menyebut perguruan tempat seseorang menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Walaupun sering dipakai di kalangan pendidikan tinggi, istilah ini sebetulnya pernah dipakai pada masa Romawi Kuno untuk menyebut dewi ibu. Kristen Eropa pada Abad Pertengahan, menggunakan istilah alma mater untuk merujuk Perawan Maria.

Anno Domini atau AD artinya Tahun Tuhan kita atau tahun Masehi. Biasanya ditemukan dalam tahun berbahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia disingkat M.

Audi et alteram partem, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Dengarkan sisi lain.” Kalimat ini merupakan sebuah ungkapan dalam bidang hukum demi menjaga keadilan.

Agar sebuah persidangan berjalan seimbang maka dikenal adanya azas Audi et Alteram Partem yang artinya “Mendengarkan dua belah pihak” atau mendengarkan juga pendapat atau argumentasi pihak yang lainnya sebelum menjatuhkan suatu keputusan agar peradilan dapat berjalan seimbang. Azas Audi et Lateram Partem atau juga dikenal sebagai Azas Keseimbangan Dalam Hukum Acara Pidana, seorang Hakim wajib untuk mendengarkan pembelaan dari pihak yang disangka atau didakwa melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum guna menemukan kebenaran materiel dalam suatu perkara yang diadilinya. Hak untuk didengar pendapatnya sebagai perwujudan asas audi et alteram partem ini juga adalah merupakan suatu hak yang dijamin dan dilindungi oleh UUD 1945, yaitu hak untuk didengar dan dipertimbangkan, baik argumen maupun alat bukti yang diajukan di depan suatu badan peradilan yang mandiri dan imparsial ( pandangan yang memuliakan kesetaraan hak setiap individu).

Age quod agis, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Lakukan apa yang kau lakukan.” Maksudnya ialah, lakukanlah sebaik mungkin apa yang dilakukan.

Aegroto dum anima est, spes est, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Selama seseorang yang sakit masih sadar (atau memiliki sifat baik atau berreaksi), maka masih ada harapan.”

Ad astra per aspera, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah: “Sampai ke bintang dengan jerih paya.” Ini adalah motto negara bagian Amerika Serikat; Kansas. Ini juga yang dipakai untuk nama album band asal Indonesia Pee Wee Gaskins.

Adde parvum parvo, magnus acervus erit, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Tambahkan, sedikit demi sedikit maka nanti akan menjadi tumpukan.” Dalam bahasa Indonesia, kalimat ini diterjemahkan sebagai: “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.”

Ad Majorem Dei Gloriam, sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Untuk Keagungan Allah Yang Lebih Besar.” Ini adalah motto Ordo Serikat Yesuit dalam Agama Katolik.

Ad impossibilia nemo tenetur, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin. Artinya ialah: “Seseorang janganlah berjanji melakukan sesuatu hal yang mustahil.”

Ad captandum vulgus, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya kira-kira adalah: “Mengambil perhatian rakyat.” Maksudnya ialah seorang politikus yang berjanji muluk-muluk terhadap rakyat.

Acta est fabula, plaudite!, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah: “Sandiwara telah selesai, bertepuk tanganlah!” Akhiran sering didapatkan pada teks-teks drama dan sandiwara dalam bahasa Latin.

Ab urbe condita (A.U.C.), artinya adalah “setelah kota Roma didirikan”, yaitu pada tanggal 21 April tahun 753 SM menurut tulisan Livius. Ini dipakai oleh orang Romawi untuk menulis tahun.

Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Perancis. Artinya adalah: “aku berpikir maka aku ada”. Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri.

Jika dijelaskan, kalimat “cogito ergo sum” berarti sebagai berikut. Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua hal. Ia meragukan keberadaan benda-benda di sekelilingnya. Ia bahkan meragukan keberadaan dirinya sendiri.

Descartes berpikir bahwa dengan cara meragukan semua hal termasuk dirinya sendiri tersebut, dia telah membersihkan dirinya dari segala prasangka yang mungkin menuntunnya ke jalan yang salah. Ia takut bahwa mungkin saja berpikir sebenarnya tidak membawanya menuju kebenaran. Mungkin saja bahwa pikiran manusia pada hakikatnya tidak membawa manusia kepada kebenaran, namun sebaliknya membawanya kepada kesalahan. Artinya, ada semacam kekuatan tertentu yang lebih besar dari dirinya yang mengontrol pikirannya dan selalu mengarahkan pikirannya ke jalan yang salah.

Sampai di sini, Descartes tiba-tiba sadar bahwa bagaimanapun pikiran mengarahkan dirinya kepada kesalahan, namun ia tetaplah berpikir. Inilah satu-satunya yang jelas. Inilah satu-satunya yang tidak mungkin salah. Maksudnya, tak mungkin kekuatan tadi membuat kalimat “ketika berpikir, sayalah yang berpikir” salah. Dengan demikian, Descartes sampai pada kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada. Atau dalam bahasa Latin: COGITO ERGO SUM, aku berpikir maka aku ada.

Devide et Impera. Politik pecah belah atau politik adu domba adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat.

Errare humanum est. Perseverare diabolicum adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Berbuat keselahan adalah suatu hal manusiawi. Mengulangi kesalahan adalah perbuatan iblis.”

Extra Ecclesiam nulla salus, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: “Di luar Gereja, tidak ada keselamatan.” Sebuah dogma Gereja Katolik yang telah diimani umat Kristiani secara umum sejak zaman Gereja Kristen awal.

Facilis descensus Averno adalah sebuah peribahasa bahasa Latin yang berarti “Begitu mudahnya turun ke dalam Averno”. Averno sendiri adalah nama sebuah danau belerang di sebelah selatan Itali, dekat laut Tirenia. Karena pekatnya uap belerang yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik, tidak ada unggas yang dapat bertahan hidup di daerah tersebut. Legenda Romawi Kuno menganggap tempat ini sebagai gerbang neraka.

Felix qui potuit rerum cognoscere causas, artinya Berbahagialah, mereka yang dapat mengerti penyebab sesuatu. Kata-kata ini diambil dari Georgics karya Publius Vergilius Maro, Buku II baris 490.

Facilis descensus Averno adalah sebuah peribahasa bahasa Latin yang berarti “Begitu mudahnya turun ke dalam Averno”. Averno sendiri adalah nama sebuah danau belerang di sebelah selatan Itali, dekat laut Tirenia. Karena pekatnya uap belerang yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik, tidak ada unggas yang dapat bertahan hidup di daerah tersebut. Legenda Romawi Kuno menganggap tempat ini sebagai gerbang neraka.

Fiat justitia pereat mundus, berarti Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun dunia harus binasa. Kalimat ini diucapkan oleh Ferdinand I (1503–1564), Raja Hungaria dan Bohemia dari 1558 sampai dengan 1564, yang diadoptasi dari kalimat yang hampir mirip artinya Fiat justitia ruat coelum.

Fiat justitia ruat caelum, artinya Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh. Kalimat ini diucapkan oleh Lucius Calpurnius Piso Caesoninus (43 SM).

Forsan et haec olim meminisse iuvabit, berarti ****dan mungkin suatu waktu nanti akan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk mengingat hal-hal/peristiwa-peristiwa ini. Kalimat yang diambil dari karya Vergilius (Aenas buku I baris 203) ini sering digunakan dalam buku tahunan (Inggris: Yearbook) yang dibagikan pada saat kelulusan.

Gaudeamus igitur iuvenes dum sumus, artinya Karena itu bersenang-senanglah sewaktu kita masih muda. Kalimat ini merupakan baris pertama dari lagu Gaudeamus, yang biasanya dinyanyikan pada saat Sidang Guru Besar memasuki ruangan. Menurut sejarahnya, lagu yang diciptakan pada abad pertengahan ini sering dinyanyikan para mahasiswa pada saat minum-minum, yang dicerminkan dari liriknya yang menggambarkan kehidupan mahasiswa yang bebas dan nyaris tanpa beban.

Graeca sunt, non leguntur berarti tertulis dalam bahasa Yunani, tidak bisa dibaca. Kalimat ini sering digunakan oleh kaum terdidik Romawi untuk menunjukkan superioritas mereka, yaitu menguasai bahasa Yunani.

In hoc signo vinces merupakan sebuah istilah bahasa Latin yang berarti: dengan tanda ini engkau akan menang. Berdasarkan tradisi yang berlaku hingga sekarang, hal ini diyakini sebagai tulisan yang dilihat oleh Konstantinus pada sebuah salib. Ini terjadi pada tahun 312, ketika ia ingin memerangi Maxentius. Maxentius menggunakan kekuatan supranatural dan sihir untuk berperang melawan Konstantinus, karena itulah Konstantinus berdoa kepada Allah orang Kristen untuk membantunya mengalahkan musuh besarnya. Sepanjang doa malamnya, Konstantinus menatap ke langit dan melihat kumpulan bintang yang membentuk salib besar yang bercahaya dan berkilauan bertuliskan In hoc signo vinces. Ketika ia akhirnya tertidur, ia bermimpi melihat Kristus memegang tanda dengan tulisan yang serupa dengan penglihatannya. Tanda inilah yang menjadi motto sehingga membawanya maju berperang melawan Maxentius dengan percaya diri. Peperangan yang berlangsung ini kemudian dimenangkan oleh Konstantinus. Tetapi sayangnya fakta ini tidak benar,karena pada kenyataannya tulisan ini merupakan tiga huruf pertama dari kata Yesus dalam bahasa Yunani.

Metri causa, adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang maksudnya adalah: “dalam menetapi kaidah metrum.” Jadi istilah ini dipergunakan bagi sebuah teks syair yang ditulis mungkin kurang lazim karena harus mengikuti kaidah metrum.

Nemo me impune lacessit adalah moto Skotlandia dan diambil dari bahasa Latin. Artinya kurang lebih: “Tak Seorangpun Dapat Mengusikku Tanpa Dihukum.”

Non schole, sed vitae discimus adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya: “Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup”. Adagium ini berasal dari Seneca, seorang filsuf, pujangga yang hidup pada abad ke-3 sebelum Masehi.

Ora et labora, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, yang artinya adalah: “Berdoalah dan bekerja.” Kalimat ini maksudnya ialah supaya seseorang tidak hanya meminta tetapi juga berusaha.

Romani ite domum, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, yang artinya adalah: “Orang Romawi, pulang ke rumah!” Kalimat ini merupakan sebuah lelucon yang diambil dari film “Life of Brian”. Brian pertama menuliskan kalimat Romanes eunt domus yang memakai bentuk deklinasi (takrifan) yang salah. Akhirnya deklinasi dibetulkan menjadi Romani ite domum. Lalu Brian disuruh menuliskan kalimat ini 100 kali di tembok.

Si vis pacem, para bellum (“Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang“) adalah sebuah Peribahasa Latin. Tidak diketahui siapa yang menciptakan peribahasa ini, tetapi banyak yang meyakini bahwa peribahasa ini dikutip dari penulis militer Romawi Publius Flavius Vegetius Renatus: Igitur qui desiderat pacem, praeparet bellum. Ide pokok perkataan ini sudah ditemukan pada Undang-undang VIII (Νόμοι 4) Plato 347 SM dan Epaminondas 5 Cornelius Nepos. Kemudian muncul dari perkataan Flavius Vegetius Renatus sekitar tahun 400 M di dalam kata pengantar De re militari: “Qui desiderat pacem, bellum praeparat“ (“Siapa menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang“).

Si vis bellum para pacem

Sebagai contoh, merujuk pada kebijakan luar negeri Napoleon Bonaparte, sejarahwan de Bourrienne mengatakan : “Setiap orang tahu pepatahnya …. Jika Bonaparte seorang sarjana latin, dia mungkin sudah membalikkannya dan berkata: Si vis bellum para pacem.”

Istilah ini dipakai sebagai motto dari [[Deutsche Waffen- und Munitionsfabriken|Deutsche Waffen- und Munitionsfabriken AG (DWM)]. Digunakan untuk penamaan peluru, seperti 9 mm Parabellum.

Soli Deo gloria adalah salah satu istilah ungkapan iman yang dicetuskan teolog Kristen pada abad reformasi, abad 16-17. Arti dari istilah ini adalah hanya Tuhan yang dimuliakan atau pujian hanya bagi Tuhan. Ungkapan ini diadopsi dari Alkitab, misalnya dari doxologi (bagian dari doa umat Kristen) dalam Roma 2:36 yang ditulis oleh Paulusdan dari Mazmur 115 yang dikutip oleh Johann Sebastian Bach (salah satu komponis abad 18) dalam karyanya.  Dalam teologi Kristen, Soli Deo gloria merupakan pengakuan manusia terhadap kebesaran kuasa Tuhan. Allah tidak ada yang menandingi, sehinga hanya Allah yang layak dipuji dan disembah. Juga dalam Titus 2:13.

Soli Deo Gloria diketahui dimunculkan oleh Kalvin. Jika Luther mencetuskan sola fide (iman adaah merupakan anugerah), maka Kalvin dengan Soli Deo Gloria mencoba lebih rasional, bukan hanya abstraksi agar umat tertidur dalam arti sudah mendapat anugerah lalu tidak melakukan apa pun untuk memperoleh keselamatan. Soli Deo Gloria adalah wujud ungkapan iman di mana manusia diciptakan untuk memuliakan Tuhan.

Contoh nyata yang dipakai untuk melakukan ungkapan iman ini adalah seperti Paulus yang memuliakan Tuhan dengan bertahan dalam penganiayaan orang-orang Romawi. Hal ini juga disambut baik oleh Ignatius Loyola, tokoh dari kubu Katolik yang membela prinsip-prinsip lama dari penentangan reformasi yang berujud protestantisme. Namun hal ini diperjelas oleh Loyola dengan memberikan tugas yang kongkret bagi umat Kristen untuk menjadi umat yang membawa misi Tuhan dalam berbuat baik dan menyelamatkan duniadi situlah keselamatan bukan hanya menjadi anugerah yang diterima cuma-cuma, tetapi harus diusahakan atau dibarengi dengan perbuatan iman. Jadi tindakan keselamatan dilakukan Allah dan dan manusia secara bersama-sama.

Totum pro parte adalah sebuah majas yang digunakan untuk mengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Vires acquirit eundo, adalah motto atau semboyan kota Melbourne di Australia. Artinya kalimat dalam bahasa Latin ini adalah: “Kita bertambah kuat sejalan dengan kemajuan kita”. Artinya, suara rakyat harus dihargai sebagai penyampai kehendak Ilahi. Konteks dari perkataan ini ialah ucapan hakim yang meneguhkan suara para juri dalam perkara di pengadilan.

Veni, vidi, vici adalah kalimat Bahasa Latin yang terkenal, berasal dari Julius Caesar, jenderal dan konsul Romawi pada tahun 47 SM. Julius Caesar menggunakan kalimat ini dalam pesannya kepada senat Romawi menggambarkan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam pertempuran Zela. Kalimat yang berarti Saya datang, saya melihat, saya menang/menaklukkan mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak. Kalimat ini sering salah kaprah ditulis sebagai Vini, Vidi, Vici.