Rabu, 08 April 2015

AL-QURAN MENOLAK KE-TRITUNGGALAN ALLAH

MENGAPA AL-QURAN MENOLAK KE-TRITUNGGALAN ALLAH?

TANTANGAN: Di jaman ini banyak orang Muslim yang datang kepada iman kepada Allah Tritunggal. Mereka mengalami sendiri di dalam kehidupan mereka akan kuasa dari kasih kepada musuh, kerendahan hati dan sukacita dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tidak seorangpun dari mereka, yang menghapuskan sama sekali kehidupan masa lalu mereka saat masih menjadi Muslim. Karena itu, kadangkala muncul keadaan, khususnya pada masa penganiayaan, dimana para mantan Muslim itu tergoda untuk kembali ke Islam. Apakah ada penjelasan yang berkaitan dengan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus khususnya yang berkaitan dengan Al-Quran, yang bisa dipakai untuk menguatkan para mantan Muslim itu agar tidak pernah lagi menyangkali keilahian Allah Tritunggal, sebagaimana yang mereka lakukan dulu, ketika masih Muslim?

JAWABAN: Ada informasi tentang latar belakang sejarah yang bisa menolong di sini. Informasi ini bisa ditemukan kalau kita mencari alasan mengapa Al-Quran menolak ke-Tritunggalan Allah. Kita mendapatkan jawaban akan pertanyaan ini ketika kita melihat bahwa Muhammad dan para pengikut Muslimnya bukanlah kelompok yang pertama kali melawan berita Alkitab tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sudah ada kelompok-kelompok yang muncul sebelum Islam yang melawan ke-Tritunggalan Allah di dalam Injil. Mereka adalah kelompok Yudaisme dan bidat-bidat yang sudah dikeluarkan dari Gereja Kristen, karena mereka menolak unsur yang paling inti di dalam berita Injil tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam paragraf berikut, kita akan menyimpulkan contoh-contoh dari masa sebelum Islam.

Jauh sebelum munculnya Islam, Para Rabi Yahudi secara tegas menolak keilahian Kristus. Alasan utama bagi penganiayaan mereka kepada Kristus yang kemudian membuat mereka berusaha menyalibkan-Nya, adalah karena mereka menganggap Dia bersalah melakukan dosa penghujatan. Alkitab menuliskan hal ini secara jelas:
“63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!.” (Matius 26:63-66)

Sikap ini semakin mendalam setelah kematian dan kebangkitan Yesus, ketika orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Inilah salah satu alasan mengenai agama Yudaisme rabinikal muncul. Mereka menghargai, bersama-sama dengan Alkitab, kitab-kitab lain yang dianggap suci: Mishna dan Talmud. Dalam pandangan orang-orang Yahudi yang saleh, Mishna berisi wahyu yang kedua dari Allah kepada Musa, yang tidak tertulis, sebagaimana Taurat, tetapi yang disampaikan secara lisan. Pada awalnya para imam, dari generasi ke generasi, dikatakan yang meneruskannya; kemudian dikatakan bahwa hal itu hanya diteruskan oleh para hakim, lalu para nabi, dan kemudian juga orang-orang berhikmat, dan akhirnya, para rabbi. Hanya pada tahun 200 M maka yang disebut sebagai “wahyu” kedua yang bersifat lisan ini dikumpulkan dalam sebuah kitab yang bernama Mishna. Talmud berisi Mishna ditambah dengan tafsiran yang panjang lebar dari bagian-bagian di dalam Mishna.

Dalam kitab suci kaum Yahudi Rabbinikal itu, yang muncul setelah masa Kristus, tetapi sebelum munculnya Islam, Yesus disebut sebagau “Yeshu”, yang merupakan singkatan dari “yimmach shemo u-zikro” = “Kiranya dilenyapkan namanya dan ingatan tentangnya.” Karena itu, sama sekali tidak ada penjelasan apapun tentang Yesus di dalam Mishna, dan hanya sedikit saja penjelasan di Talmud. Di sanalah ditemukan kenyataan bahwa Yesus, menurut Talmud, dikatakan sebagai pendusta dan penipu yang paling besar yang membawa Israel kepada penyembahan berhala—karena Ia mengatakan bahwa sebagai Mesias Ia adalah Anak Allah. Untuk penghujatan ini dikatakan bahwa Ia sepatutnya sudah dihukum dan dibunuh. Ketika Al-Quran, dalam hal ini Islam, menyangkal bahwa Kristus adalah Anak Allah, ia hanya mengikuti
pandangan orang-orang Yahudi yang ada di jaman Muhammad.

Bertolak belakang dengan Talmud, Al-Quran menuliskan juga pernyataan-pernyataan yang positif tentang Kristus; sebagai contoh bahwa Ia dilahirkan secara ajaib oleh Anak Dara Maria. Muhammad tidak menerima pengajaran ini dari orang-orang Yahudi, karena mereka percaya kepada apa yang diajarkan Talmud (b Shab 104b / b Sanh 67a): yang mengatakan bahwa Maria adalah seorang wanita gampangan, yang mengadakan hubungan di luar nikah dengan seorang prajurit Romawi bernama Pantheros, yang disebutkan sebagai ayah Yesus, dan dengan itu menjadikan Yesus sebagai anak haram.

Mengapa Al-Quran menuliskan bagian-bagian di dalam pengajaran Yahudi tetapi juga secara jelas menuliskan unsur-unsur Kristen? Di sini, juga, jawabannya bisa ditemukan ke masa sebelum munculnya Islam. Pada masa itu ada sekte-sekte Yahudi-Kristen yang mencampurkan iman Yahudi dengan iman Kristen. Teks mereka kebanyakan sudah tidak ada lagi. Namun beberapa bapa Kristen sebelum masa Islam mengutip dari sumber-sumber Yahudi-Kristen itu dalam kitab mereka, sehingga ada kemungkinan menyusun ulang keyakinan mereka mengenai Yesus: Kaum Ebionites, sebuah sekte Yahudi-Kristen yang berasal dari masa awal Kekristenan, memiliki Injil mereka sendiri. Epiphanius (haer. 30:13, 6) menuliskan demikian mengenai sekte ini: “Mereka mengatakan bahwa Dia (Kristus) bukan diperanakkan dari Allah Bapa, tetapi bahwa Ia diciptakan, seperti salah satu penghulu malaikat..., namun ia berkuasa atas semua malaikat dan atas semua ciptaan dari Yang Mahakuasa. Menurut Injil mereka, Ia datang dengan membawa berita ini: Ia datang untuk menghilangkan korban, dan kalau anda tidak berhenti melakukan korban, murka akan turun ke atas anda.” (Diterjemahkan dari bahasa Jerman dalam Schneemelcher, volume 1, 141)

Sebuah sekte Yahudi-Kristen tambahan, yang para pengikutnya disebut sebagai kelompok Nazaraeans, (mirip dengan sebutan untuk Kristen di dalam Al-Quran : Nasara), memiliki sebuah kitab dalam bahasa Ibrani. Di dalamnya tertulis: “Ketika Kristus akan datang kepada manusia di dunia, Allah Bapa memilih salah satu tokoh yang paling kuat di surga, yang bernama Mikhael, dan mempercayakan Kristus kepadanya. Dan tokoh itu datang juga ke dunia, dengan nama Maria, dan Kristus dikandung selama tujuh bulan di rahimnya.” (Diterjemahkan dari bahasa Jerman di Schneemelcher, volume 1, 146)

Berita tentang penyangkalan sejak masa sebelum Islam kepada Allah Tritunggal (yang, bagaimanapun juga, sebagaimana di dalam Islam, masih menghormati Kristus) menunjukkan bahwa penyangkalan Muhammad akan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak muncul dari dirinya sendiri. Namun, penyangkalannya akan ke-Tritunggalan Allah juga merupakan hasil pengaruh dari pengajaran sekte-sekte Yahudi-Kristen, yang muncul di Arabia pada masa hidupnya. Untuk bisa merangkul mereka ke dalam Islam, ia menggabungkan pengajaran sesat mereka ke dalam Al-Quran.

KABAR BURUK: Penyangkalan Al-Quran akan Kristus sebagai Anak Allah, dan dengan itu penyangkalan akan Allah Tritunggal, tidak dimulai oleh Muhammad. Namun, ini diambil dari sekte Yudaisme rabinikal dan sekte awal Yahudi-Kristen, yang keduanya ada sebelum munculnya Islam.
KABAR BAIK: Kristus sungguh-sungguh adalah Anak Allah. Dan, dengan iman kepada Kristus, Bapa Surgawi-Nya sudah memberikan kepada kita kuasa untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal sebagai anak-anak Allah.

KESAKSIAN: Nama saya Saidou, saya berasal dari Burkina Faso, Afrika Barat. Dahulu saya seorang Muslim ejak lahir. Saya memaksa diri saya, sekuat mungkin, untuk melakukan shalat lima waktu, pada waktu yang ditentukan. Tetapi saya juga memiliki ketertarikan untuk menonton film, karena saya tinggal di kota besar Ouagadougou dimana, berbeda dengan daerah pedesaan, ada juga bioskop. Suatu hari saya pergi untuk menyaksikan film, dan film yang diputar hari itu adalah “The King of Kings”, yang diambil dari kisah Kristus ketika Ia masih hidup di antara manusia. Saya menyaksikan film itu dari awal sampai akhir. Saya bahkan menyaksikan film itu sampai beberapa kali. Dengan demikian, saya bisa membuat gambaran tentang Kristus di dalam diri saya. Kemudian, saya menerima sebuah Alkitab Perjanjian Baru. Setelah saya membacanya, sebuah ayat berbicara kepada saya, seperti ada seseorang yang berbicara kepada orang lainnya. Ayat itu adalah dari Yohanes 14:6, dimana Kristus mengatakan, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Saya sangat tersentuh dengan ayat itu. Dan bagian selanjutnya ayat itu mengatakan, “Tak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” Di dalam hati saya muncul pertanyaan, “Lalu Muhammad, ... siapakah dia?” Saya tercekam oleh ketakutan. Saya berdoa, “Kalau tak ada satupun kecuali Engkau, maka saya akan datang!” Sejak itu hidup saya diubahkan: Saya bertobat dan memberikan hidup saya kepada Yesus Kristus.

DOA: Tuhan dan Juruselamat, Yesus Kristus, kami bersyukur bahwa Engkau sudah menyatakan dan menyiapkan bagi kami jalan kepada Bapa. Melalui Roh-Mu, yang Kau utus kepada kami dari Bapa, Engkau membuat kami dilahirkan kembali dan menjadi anak-anak Yang Mahakuasa. Inilah caranya kami bisa datang untuk menyembah Allah sebagai Bapa, dan melakukan kehendak-Nya, di bumi ini, seperti di surga. Kami memuji dan menyembah-Mu yang kudus, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kami bersyukur bahwa seluruh bumi dipenuhi dengan kemuliaan-Mu. Peliharalah kami di dalam kebenaran-Mu, sehingga kerajaan-Mu akan datang, bukan hanya di dalam kehidupan kami saja, tetapi juga di dalam kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kami.

PERTANYAAN: Kelompok pre-Islam yang mana yang menyangkali ke-Tritunggalan Allah? Dari tulisan mereka yang mana saja kita bisa menemukan jejak-jejak di dalam Al-Quran?
UNTUK DIHAFALKAN: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13:13 – Perkataan Rasul Paulus).

APAKAH KRISTUS SAMA DENGAN ADAM?

APAKAH KRISTUS SAMA DENGAN ADAM?

TANTANGAN: Atas dasar Al-Quran, orang-orang Muslim menyangkal bahwa Kristus adalah Anak Allah dan dengan itu menolak iman Kristen akan Allah Tritunggal. Mereka menemukan penegasan yang penting akan penyangkalan terhadap keilahian Kristus di dalam bagian Al-Quran yang membandingkan Kristus dengan Adam, sebagaimana yang ditemukan di dalam Surat Al Imran 3:59, “Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” Orang-orang Muslim melihat ayat ini sebagai bukti bahwa Kristus adalah sama dengan Adam, hanya sekedar manusia ciptaan Allah belaka. Apakah benar bahwa orang-orang Muslim, menurut Al-Quran, harus percaya bahwa Kristus adalah sama seperti Adam, dan karena itu tidak mungkin Ia adalah Allah? Tidak adakah bagian di dalam Al-Quran yang bisa membawa kepada iman akan keilahian Kristus?

JAWAB: Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus membandingkan Adam dengn Kristus di dalam bagian-bagian lain dalam Al-Quran:
1. Tentang orangtua Adam dan Kristus: Al-Quran memang mengatakan bahwa Adam dan Kristus sama-sama tidak memiliki ayah manusia. Dalam hal itu keduanya sama. Tetapi ada juga perbedaan besar di antara keduanya: Adam TIDAK memiliki ibu, karena ia diciptakan dari debu tanah. Sedangkan Kristus, MEMILIKI ibu, karena di dalam Al-Quran Ia sering disebut Putera Maryam sampai 13 kali (yaitu, Anak Maria, misalnya di dalam Q.S 2:87 dan 57:27). Jadi Kristus tidak diciptakan dari debu tanah sebagaimana Adam, seperti yang dituliskan di dalam Q.S 3:59.

2. Apa yang dikatakan Allah kepada Adam dan kepada Kristus: Kita melihat adanya perbedaan besar antara Adam dengan Kristus di dalam Al-Quran kalau kita memperhatikan apa yang dikatakan oleh Allah kepada Adam dan apa yang dikatakan-Nya kepada Kristus. Dalam konteks pelanggaran yang dilakukan oleh Adam di Taman Firdaus, kita melihat tulisan Al-Quran demikian: “...dan Kami (Allah) berfirman (kepada Adam) : "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain...” (Surat al-Baqara 2:36).

Namun, dalam konteks serangan orang-orang Yahudi kepada Kristus dan akhir dari kehidupan pelayanan-Nya kita melihat di dalam Al-Quran mengatakan, “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir....'…” (Surat Al 'Imran 3:55)
Atas dasar perkataan Al-Quran kita harus menunjukkan adanya perbedaan besar di antara Adam dan Kristus di dalam Al-Quran:
a) Kepada Adam Allah mengatakan, “Turunlah kamu dari Taman Firdaus!” Kepada Kristus, Allah justru mengatakan, “Aku mengangkat kamu kepada-Ku!”
b) Adam diturunkan dari kedudukannya di hadapan Allah dan tahta-Nya, sementara Kristus diangkat kepada Allah dan tahta-Nya.
c) Adam berdiam di bumi dan tidak lagi ada di surga; Kristus, berdiam di surga, dan tidak ada lagi di bumi.
d) Adam memulai kehidupannya di surga dan berakhir di bumi; sementara Kristus (menurut Al-Quran) memulainya di bumi dan berakhir di surga.
e) Lebih lanjut, Allah mengatakan kepada Adam, “Kamu menjadi musuh yang lain!” Tetapi kepada Kristus Allah mengatakan, “Aku membersihkan kamu dari orang-orang kafir!”
f) Adam dicemarkan oleh kebencian dan permusuhan. Namun, Kristus, menurut Al-Quran, dibersihkan dari dosa-dosa orang-orang lain, karena Ia sendiri tidak memiliki dosa.
g) Kecemaran Adam sama sekali tidak menunjukkan sifat keilahian! Mengapa orang-orang Muslim harus menyucikan dirinya sebelum menghadap Allah di dalam doa? Kesucian Kristus, adalah sifat Ilahi! Bagaimana mungkin Allah akan bisa menyucikan Kristus, kalau Ia sendiri tidak suci?

3. Apa yang dikatakan malaikat tentang Adam dan Kristus: Perbedaan yang lebih besar di antara Adam dan Kristus bida ditemukan ketika kita membaca di dalam Al-Quran mengenai apa yang dikatakan para malaikat tentang Adam dan tentang Kristus. Bahkan sebelum penciptaan Adam dari debu tanah para malaikat berkata kepada Allah, “... "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?...” (Surat al-Baqara 2:30). Namun, sebelum janin Kristus secara ajaib dimasukkan ke dalam rahim ibu-Nya, para malaikat berkata kepada Maria, “... "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kalimat (kalimatun) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), ... dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” (Surat Al 'Imran 3:45-46).

Atas dasar kedua bagian di dalam Al-Quran itu, kita bisa menunjukkan lagi perbedaan yang lebih besar antara Adam dengan Kristus:
a) Menurut Al-Quran, malaikat mengatakan tentang Adam sebagai “”orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah!” Namun, tentang Kristus mereka mengatakan, (sekali lagi, menurut Al-Quran), “Allah menggembirakan kamu dengan kalimat daripada-Nya, nama-Nya Al Masih ‘Isa putera Maryam!”
b) Adam membuat keadaan dunia menjadi semakin buruk, dengan membuat kerusakan di dalamnya. Namun, Kristus, adalah kalimat Allah, dan karena itu, penuh dengan kuasa Ilahi yang sangat berguna. Lebih lagi, Ia adalah seorang yang saleh, dan karena itu sangat berbeda dengan Adam, yang membuat kerusakan.
c) Tidak pernah ditemukan di dalam Al-Quran pernyataan bahwa Adam sangat terpuj, baik di dunia sekarang maupun di akhirat. Namun tentang Kristus dituliskan, bahwa ia bukan hanya terkemuka di dunia ini, tetapi juga di akhirat.
d) Adam bukanlah orang yang berada dekat dengan Allah, karena ia diusir dari Firdaus ke dunia, menjauh dari Allah. Tentang Kristus, ada tertulis bahwa Ia adalah salah satu dari mereka yang dekat dengan Allah (almuqarrabina).
Hanya mereka yang memiliki sifat-sifat milik Allah yang bisa dekat dengan Dia. Kata dalam bahasa Rab yang dipakai untuk menjelaskan tentang Kristus (al-muqarrabina) sangat dekat dengan kata yang dipakai untuk menjelaskan orang yang “memiliki hubungan kerabat dengan seseorang” (qarib). Kalau Kristus dekat dengan Allah, maka Ia adalah kerabat Allah!

4. Perbedaan selanjutnya antara Adam dengan Kristus: Sebagai tambahan, orang bisa menemukan di dalam Al-Quran perbedaan yang sangat mendasar di antara Adam dengan Kristus. Beberapa contoh dituliskan di bawah ini:
a) Adam tidak melakukan perkara Ilahi apapun, dan sepenuhnya tunduk kepada hakekat kemanusiaan. Namun, Kristus, melakukan mujizat Ilahi: Ia menciptakan, Ia melihat apa yang tersembunyi, Ia menyucikan orang sakit, dan membangkitkan orang mati (bangkit kembali dari kematian Q.S 3:49)--semua perbuatan Ilahi.
b) Adam tidak taat kepada Allah; karena itu, Allah menurunkan dia dari surga ke dunia (Q.S 2:36). Namun, Kristus taat kepada Allah; karena itu Allah mengangkat-Nya kepada diri-Nya (Q.S 3:55 dan 4:157).
c) Adam tidak dikuatkan dengan Roh Allah, karena itu ia jatuh ke dalam jebakan Iblia (Q.S 7:20 dan 20:120). Kristus, dikuatkan dengan Roh Allah, dan karena itu Iblis tidak memiliki kuasa atas diri-Nya (Q.S 2:87, 253; 5:110)
d) Adam berdosa dan melahirkan anak-anak yang berdosa. Namun, Kristus tidak melakukan dosa, justru, Ia menyucikan dan dengan itu menyembuhkan orang yang sakit (Q.S 3:49).

KABAR BURUK: Ayat di dalam Q.S 3:49, yang mengatakan bahwa Kristus sama dengan Adam, justru bertentangan dengan apa yang dikatakan di dalam bagian-bagian lain di dalam Al-Quran mengenai Adam dan Kristus. Di sana ditemukan banyak sekali perbedaan di antara keduanya, sampai Q.S 3:49 tidak lagi bisa dipakai sebagai bukti untuk menyangkal keilahian Kristus.

KABAR BAIK: Al-Quran menegaskan tentang keilahian Kristus, karena Al-Quran menaruh kepada-Nya banyak sifat-sifat Allah: sebagaimana Allah, Kristus itu suci (taahir), sebagaimana Allah, Ia menghidupkan (muhyi), sebagaimana Allah, Ia menciptakan (khaaliq), dan sebagaimana Allah, Ia menyucikan (mubri'). Lebih lagi, karena Kristus dijelaskan sebagai kalimat Allah dan sebagai Yang Didekatkan kepada-Nya / kerabat Allah, tidak ada keraguan lagi di dalam Al-Quran bahwa Kristus adalah Allah. Kristus lebih memiliki kesamaan dengan Allah, menurut Al-Quran, dibandingkan dengan Adam.

KESAKSIAN : Nama saya K.K Alavi, dan saya tinggal di negara bagian Kerala, India Selatan. Karena itu bahasa sehari-hari saya adalah bahasa Malayalam. Ayah saya adalah seorang pemimpin di mesjid dan ia bertekad untuk menjadikan saya, anaknya, sebagai penerusnya. Sejak masih di Sekolah Dasar saya sudah diajar mengenai bahasa Arab dan Islam. Saat saya berusia 14 tahun saya menemukan sebuah buklet Kristen, yang gambarnya sangat menarik bagi saya. Karena itu saya membawanya pulang, dan bukannya membuangnya sebagaimana seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim yang saleh. Ayah saya sangat marah mengenai hal itu sehingga ia menghukum saya dengan keras dan merobek buklet itu. Namun saat itu benih sudah tertanam. Berita dari Injil mulai tumbuh di dalam hati saya, dan muncul keinginan yang sangat besar untuk tahu lebih banyak lagi. Saya mencari orang-orang Kristen, membaca Injil Kristus menurut Yohanes, dan ikut dalam kelas-kelas Sekolah Minggu—semuanya saya lakukan secara sembunyi-sembunyi. Ketika ayah saya mengetahui apa yang saya lakukan ia menghukum saya tanpa mengenal ampun, mengikat saya selama berminggu-minggu, dan akhirnya, mau membunuh saya karena dianggap meninggalkan Islam. Namun, saya bisa melarikan diri, dan tidak pernah lagi bertemu dengan keluarga saya. Lalu saya memasuki masa yang sangat berat di dalam kehidupan saya, karena saat itu saya baru berusia 16 tahun. Setelah menjalani berbagai hal, saya akhirnya masuk ke sebuah Sekolah Alkitab dan kemudian menjadi gembala di salah satu Gereja di India Selatan. Sejak tahun 1980 saya melayani secara penuh waktu sebagai penginjil di antara orang-orang Muslim. Melalui pelayanan saya banyak anak-anak Ismael yang kemudian menemukan iman kepada Yesus Kristus.

DOA: Ya Allah yang Kudus, saya bersyukur bahwa Kristus melakukan banyak mujizat Ilahi, dan bahwa Ia sekarang ada di surga. Tolonglah saya untuk menerima bahwa Kristus bukanlah sedar makhluk ciptaan, seperti Adam, tetapi bahwa Ia adalah Firman-Mu, penuh dengan kekudusan Ilagi dan kuasa penciptaan. Bukalah telinga dan mata saya, sehingga saya bisa melihat dan mendengar siapa Kristus yang sebenarnya.
PERTANYAAN: Bagaimanakah Kristus berbeda dengan Adam, menurut perkataan Al-Quran? Persamaan perbuatan dan sifat apakah yang dimiliki Kristus yang sama dengan Allah di dalam Al-Quran?
UNTUK DIHAFALKAN: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.” (Lukas 5:24-25 – Perkataan Kristus di dalam Injil).


Selasa, 07 April 2015

muhamad dustai kamu

Ketika kita membaca keberadaan Muhammad selama hidupnya, kita dikesankan seolah-olah beliau sangat dekat dengan Jibril dan Allah SWT. Namun sebegitu tiba titik kematiannya, dimana kontinuitas yang mempertalikan dirinya dengan waktu dan ruang mendadak terputus dan lenyap, maka mendadak terputuslah pertalian-nya dengan Jibril dan Allah, bahkan lenyap pulalah keseluruhan dirinya! Alias tak tercari dimana dia berada! Karena itu muncullah pelbagai macam dongeng yang menempatkan sosoknya berlainan satu dengan lainnya.

1. Ketika Muhammad berada dalam sekarat kematiannya, ia tampak gelisah karena dua hal yang tak tersembunyikan lagi. Hal pertama, dia menyadari dosa-dosanya, termasuk a.l. dosa pembunuhan bahkan genocide suku Yahudi yang dilakukannya secara terbuka atas nama Allah. Dan dua, dia merasa harus dihubungkan dengan “seorang Syafi” (Juru Syafaat)  yang berdaulat atas alam akhirat, sebab memang “real-estate surgawi dengan kebun-kebunnya” tidak dijanjikan kepadanya dari mulut Allah sendiri. Maka dia berseru, “Wahai Tuhan! Ampunilah saya, Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi” (Shahih Bukhari no.1573).

Ternyata semuanya lenyap, tak ada respon dari Allah maupun Jibril yang tadinya (katanya) selalu mendampinginya, dan bahkan alam pun tidak ikut bergejala. Muhammad lenyap ditelan entah ke ruang hampa yang mana…

2. Surat Maryam 71 menjadi titik tolak dari kepergiannya dan para pengikutnya yang sangat menggelisahkan:

“Dan tidak ada (seorangpun) dari kamu, melainkan akan mendatanginya (atau memasuki neraka itu). (Yang demikian itu) bagi Tuhan Pemelihara kamu adalah suatu yang sudah ditetapkan” (Al-Quran & Maknanya, Terjemahan Quraish Shihab).

Ayat Allah yang menjanjikan neraka ini sungguh merisaukan Muslim sejak ia diturunkan hingga sekarang. Maka dicoba habis-habisan oleh sejumlah ulama untuk digeser artinya kepada orang kafir (bukan orang Muslim bertaqwa). Tentu saja pemlintiran makna ini tidak memuaskan dan tiada guna. Sebab sekali Allah telah mendekritkan neraka, maka tidak ada yang dapat mencegah-Nya atau mengajukan usulan lain kepada-Nya. Semuanya sudah amat jelas, muhkamat, dan sederhana, "Wa im minkum illaa waariduha" dimana Allah memang berwahyu lurus kepada lawan bicara-Nya dengan sebutan “Kum” (kamu). Dan ini dilanjutkan-Nya dengan memastikan bahwa ketetapan  itu berasal dari “Tuhan Pemelihara kamu” yang tentunya bukan Tuhan orang kafir! Bahkan pewahyuan  ini tidak meluangkan perkecualian kepada siapapun, termasuk Muhammad. Itu sebabnya posisi Muhammad setelah kematian-nya tidak bisa dipastikan wilayahnya, kecuali kembali didongengkan oleh manusia bahwa beliau PASTI ada di wilayah tertinggi dan terhormat, padahal semuanya hanyalah wilayah  limbo di tanah antah-berantah.

3. Sementara itu dongeng mulut-kemulut Muslim berkata (dan berharap) bahwa Muhammad telah ditempatkan ke alam Barzakh, menunggu hari Penghakiman. Dan dikisahkan lagi bahwa nantinya Allah akan menempatkannya di surga tertinggi Wasilah! Akan tetapi pada kenyataannya Muhammad sendiri mengaku tidak tahu kemana dia akan ditempatkan. Beliau berkata:

“…aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat (Allah) terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu” (Qs.46:9).

4. Sementara  semua para nabi seperti Isa, Adam, Musa, Abraham dan lain-lain, telah dinyatakan oleh Muhammad sebagai sosok-sosok yang telah dijumpainya di surga (perjalanan Mi’raj, dalam langit yang berbeda-beda, lihat Shahih Bukhari Volume 1, Buku 8, No.345 dan lain-lain), maka kenapakah Muhammad seorang yang ter-diskriminasi tidak bisa kumpul serentak dengan para nabi Israel lainnya di surga, melainkan justru harus menunggu terpisah sendiri di alam barzakh (?) Tidak ada jawaban yang bisa diijtihadkan (baca: rekayasa Islam), kecuali mendasarkannya pada alasan hakiki (kebenaran dasar) bahwa Muhammad memang tidak qualified masuk dalam bilangan-Nya yang dipastikan sudah berada di Firdaus ! Lho kenapa? Ya, karena tidak ada tangan Tuhan – dengan bukti dan saksi - yang mengurapinya sebagai rasul-Nya, kecuali ia sendiri yang mengangkat dirinya. Itu sebabnya ajarannya sungguh menyimpang dari Taurat, Mazmur dan Injil Tuhan Semesta, sedemikian sehingga untuk “membenarkannya”, Islam harus berinisiatif menuduh (memfitnah) bahwa Alkitab itu korup. Dimanapun, Quran tidak bisa membuktikan kebenaran intrinsik dirinya, melainkan harus menyimpang dengan menuding kitab orang lain itu palsu. Padahal justru Muhammad dan pengikutnyalah yang telah mengkorupkan dan mengacaukan Alkitab seenak perutnya. Beberapa butir saja dari beratus-ratus butir pengkorupsian dan comotan asal jadi, diserakkan disini,

Mulai dari mengkorupsi/mengosongkan Hukum Yang Terbesar (Hukum Kasih) dari Quran; penggantian Roh Kudus menjadi mahkluk Jibril; Firman yang kekal di Lauhul Mahfudzh di-nasikh-mansukh-kan (digugur-gantikan oleh Muhammad);  mengadopsi ritual pagan (ibadah haji, shalat, kiblat dan lain-lain) yang tidak pernah dikenal oleh para Nabi-nabi sebelumnya, dan cium batu Hajar Aswad yang sangat najis berhala; menghilangkan Paskah Musa (tulah Firaun ke-10 dihilangkan dari Quran, padahal itulah klimaks hunjukan kuasa Tuhan); menafikan nubuat nabi-nabi tentang penyaliban Yesus yang terbukti benar, yang disaksikan secara mutawatir; mengkorup kuasa firman Yesus dalam mengusir setan (bukan sekedar minta perlindunganTuhan seperti yang dilakukan Muhammad Qs.113, 114); mengatasnamakan Allah, Nabi minta doa dari umatnya, bukannya mendoakan umat  seperti yang dilakukan oleh semua nabi sebelumnya, dst.

5. Ya, Muhammad tahu persis bahwa Allah tidak menjanjikan keselamatan kekal kepadanya. Dia membutuhkan doa shalawat yang terus-terusan dari umatnya demi mendapatkan rahmat keselamatan dari Allah,  “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat-lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs.33:56). Dengan shalawat sekalipun, namun Allah tetap tidak memastikan apa apa kepada-Nya. Sampai kapankah doa shalawat harus dicurahkan untuk Nabi dan keluarga-nya, “Allahumma shalli’ala sayidinaa Muhammad, wa ala ali sayidinaa Muhammad”? Dimanakah pula putri  kesayangan Nabi, Fatimah, sekarang ini yang memang pernah diperingatkan oleh Nabi agar ia beramal sebanyak-banyaknya, “karena aku (Muhammad) tidak dapat menyelamatkanmu (Fatimah)” (HR. Muslim). Kalau sampai Fatimah juga tidak bisa diapa-apakan oleh Nabi, maka semua pengikut Nabi pasti getir dan was-was. Apalagi kalau hal ini dikontraskan dengan  para nabi Israel lainnya yang tidak sekalipun memerlukan shalawat dari pengikutnya, tetapi sudah qualified berada di surga!? Tidakkah Muslim heran atasnya?

Bertanyalah dalam hati yang terdalam, kenapa Muhammad sebagai pemimpin rohani sangat labil menghadapi alam akhiratnya. Kenapa justru Isa dan para nabi lain sudah berada di surga dan merupakan sosok-sosok yang didekatkan kepada Allah (Qs.3:45)? Dan lagi-lagi Muhammad – sebagai “tuan-rumah” Quran, kembali tidak disebutkan namanya secara eksplisit dalam Quran yang justru diturunkan kepadanya??? Begitu labilnya Muhammad sehingga untuk menutupinya, ia sempat memproklamirkan 10 orang yang dipastikan naik ke surga, tetapi tidak termasuk dirinya! (lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, I, no.50). Kemudian diperbaiki dalam versi lain yang memasukkan dirinya, tetapi karena agaknya harus mempertahankan angka 10, maka dikeluarkanlah nama Abu Ubaidah ibn al-Jarrah! (Ibid, IV, no.3905). O, Abu Ubaidah yang malang, sudah dijamin masuk ke surga, tetapi karena salah administrasi dunia, maka tertendang keluar! Begitukah?

Muslim selalu membela dengan mengatakan bahwa Muhammad jelas termasuk salah satu dari “   Yang kita perlukan bukan pembelaan buta, tetapi justru jawaban rasional bagaimana Muhammad dan para pengikutnya di abad ke-7 dapat menyisipkan dirinya dalam konteks ayat (3:45) ini ketika pada abad pertama malaikat berkata kepada Maryam tentang Isa Almasih dan nabi-nabi sekaumnya? Sekalipun jikalau ayat tersebut menyangkut kemuliaan kepada Muhammad, tentulah Allah akan turut mengorbit-kan namanya secara spesifik bahkan mendahulukannya didepan nama Isa.

Sebaliknya, Yesus justru telah mendemonstrasikan penampilan “minal muqarrabiin”  secara otentik dan berotoritas yang diwakilkan oleh Nabi Musa dan Elia, dengan disaksikan oleh 3 pasang saksi-mata,

“Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka (Petrus, Yakobus dan Yohanes); wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia”... Dan tiba-tiba … turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (baca perikop Matius 17:1-8).

 Tuhan memerintahkan kita untuk mendengar Firman Sang Anak (Yesus Almasih), namun Muslim justru lebih memilih mendengar dongengan tanpa bukti dan saksi dari Muhammad yang justru kepergok membual:  “Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat untuk membukanya. Maka penjaga pintu bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Aku menjawab, ‘Muhammad’. Ia mengatakan, ‘Kepadamu aku diperintahkan agar aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelummu” [HR.Muslim (3/73-Syarah An-Nawawi)].

Pintu surga tertutup sampai Muhammad menginjakinya? Dia lupa. Bahwa pintu tersebut sudah terbuka ribuan tahun sebelumnya bagi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain ketika Muhammad sendiri sudah menjumpai mereka dalam event Mi’raj-nya di surga.  Isa bahkan sudah diangkat naik kesisi Allah dalam Qs.4:158, 3:55. Ini membuktikan kesekian kali betapa berani dan sesuka perutnya Muhammad berkata-kata atas nama Allah SWT, tentang hal-hal yang tidak diwahyukan/diperintahkan Tuhan kepadanya. Dan untuk nabi demikian, telah dinubuatkan dengan tepat dalam Taurat Musa bahwa ia akan dihukum dengan kematian kekal:

“Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati” (Ulangan 18:20).

Musa kenal Yesus dan Elia secara timbal balik. Namun Musa tidak mengenal Muhammad. Hanya Muhammad sajalah yang selalu mengaku-ngaku kenal dan tahu siapa itu Musa, Isa, dan segudang nabi lainnya. Tetapi dalam nubuatan yang dahsyat diatas, Musa seolah hendak peringatkan Muslim agar saatnya mulai bertanya kritis: “Nabi manakah yang terlalu berani menjamin 10 orang PASTI masuk ke surga?” Otoritas manakah yang diperolehnya untuk menjamin, sementara matinya dia masih bergelimang dalam dosa dan mencari-cari seorang Syafi, “Temanku Yang Maha Tinggi?” (Shahih Bukhari #1573).

Jelas sepuluh orang yang dijamin hanya mendapat check kosong, pelipur lara belaka, karena sosok yang mengeluarkan check tersebut justru harus mati dalam kekekalan, dan kini tidak terjumpai lagi dia ada di alam mana. Finished! Besso telah pergi. Einstein telah tiada. Muhammad telah mati. Tetapi Yesus hidup selamanya!